blog

Masyarakat Mualaf Badui Kini Punya Masjid Berkonsep Modular

Masyarakat Suku Baduy tinggal pada satu wilayah di kawasan Pegunungan Kendeng, di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Seluruh wilayahnya masuk ke dalam administratif Desa Kanekes.

Suku Badui adalah sub-etnis Suku Sunda yang terbagi menjadi suku Badui Luar dan Badui Dalam. Karena masyarakat Badui Dalam masih membatasi aktivitas dan pengaruh teknologi dari luar, mayoritas keyakinan masyarakat Badui Dalam masih menganut sistem kepercayaan leluhur. Namun, masyarakat Badui Luar mulai terbuka dengan teknologi hingga syiar Islam.

Pada Rabu, (15/2/2023), Wakaf Salman yang bekerja sama dengan Baitul Wakaf, meresmikan rumah ibadah berupa Masjid yang diberi nama Masjid Salman Al-Hijrah. Masjid ini terletak di Kampung Cakuem, Desa Nayagati, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Masjid Salman Al-Hijrah merupakan masjid berteknologi modular yakni inovasi masjid ramah lingkungan yang berbahan dari kayu. Hal ini dipilih karena potensi utama hasil Desa Cakuem yang merupakan kayu.

Manajer Wakaf Salman, Ryan Faisal mengatakan bahwa masjid Salman Al-Hijrah ini menjadi awalan peradaban dan pusat aktivitas mualaf badui. Terlebih sesaat lagi bulan Ramadan, diharapkan aktivitas keagamaan di Kampung Cakueum menjadi hidup.

Salah satu warga Kampung Cakuem, Rumani menyampaikan bahwa sekarang, warga punya masjid yang lebih dekat dengan tempat tinggal. Dulu ke masjid lain jaraknya sekitar 15 menit dari tempat tinggal. 

“Insya Allah kalau udah ada masjid yang dekat, ingin ada kegiatan tarawih, ngaji, shalawatan di bulan puasa nanti.” harap Rumani.

Mewakili bupati Kab. Lebak, Iyan Fitriyana sangat berterima kasih karena telah mendukung program keagamaan dari pemerintah Kab. Lebak.

“Semoga masjid dengan konsep modular ini dapat dikembangkan dan dibangun di daerah-daerah pegunungan yang sulit akses, serta memaksimalkan potensi kayu yang tersedia di sini.”

“Sekali lagi kami sangat senang karena peran pemerintah juga perlu dibantu oleh lembaga filantropi untuk menjangkau daerah-daerah yang perlu untuk dijalankan program keagamaan.” ujar Iyan Fitriyana.

Pada sisi lainnya, teknis pembangunan masjid modular terbilang mudah. Proses pembangunan masjid modular dilakukan dengan bongkar pasang kayu yang sudah dirancang khusus. Masjid Wakaf Berteknologi Modular ini seumpama bangunan “lego” dan waktu pengerjaannya pun lebih singkat, tidak sampai menahun.

Lokasi pemukiman yang berjarak dan akses yang terjal, membuat warga kesulitan air. Di hari yang sama, Wakaf Salman turut meresmikan sumber air bersih berupa Sumur Bor di Kampung Ciater, Leuwidamar Kab. Lebak.

“Alhamdulillah ini merupakan rencana yang sudah diimplementasikan secara baik. Di mana Masjid hadir di lingkungan masyarakat Badui.”

“Setelah bertahun-tahun menginginkan adanya masjid, Insya Allah masjid ini akan terus dimakmurkan kedepannya. Jadi yang berkontribusi, berwakaf, berdonasi akan dapat amal kebaikannya.”

“Selain itu, ini menjadi bukti bahwa kolaborasi tidak hanya bisa menyelesaikan satu masalah, tapi seribu masalah.” ujar Rama Wijaya.